Selasa, 18 Juli 2023

Syeikh Ahmad bin Muhammad Yuunus: Ulama' Lingga yang mengarang kitab Daqaaiqul Akhbar fii Zikrul Jannah Wannaar


Download Buku


Disadur dari Tulisan Muhammad Tarobin 

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta


Kajian tentang ulama dan karyanya di Provinsi Kepulauan Riau (selanjutnya ditulis Kepri) masih terbatas. Terutama untuk kriteria ulama yang memiliki pondok pesantren, dayah, atau surau. Kebanyakan ulama di wilayah ini berada di lingkaran istana atau elit sosial , baik dalam istana Yang Dipertuan Muda di Pulau Penyengat maupun istana Yang Dipertuan Besar (Sultan Riau-Lingga) di Pulau Lingga. Dalam dua wilayah ini, kajian tentang para ulama di Pulau Penyengat relatif lebih banyak daripada di Pulau Lingga dan sekitarnya. 

Selain Pulau Penyengat, daerah lain yang merupakan pusat kebudayaan Melayu di Kepri adalah Pulau Lingga. Satu-satunya ulama asal Lingga yang mengajar di Masjidil Haram, Mekah, ialah Syekh Ahmad Yunus Lingga. Ulama ini disebut lama bermukim di Mekah dan diduga kuat meninggal dan dimakamkan di Mekah. Namun sejauh ini belum diketahui kapan ia dilahirkan dan wafat. Peran Syekh Ahmad Yunus dapat diketahui dari penuturan salah seorang muridnya yang dijumpai oleh Abdullah pada tahun 1979 di Mekah yakni Abdur Rahman bin Syekh Yahya Raman al-Fathani. Ketokohan Syekh Ahmad Yunus juga diakui secara tertulis oleh murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama besar seperti Syekh Zainuddin bin ‘Utsman Sarawak dan Qadhi Abu Bakar bin Hasan Johor.

Produktivitas Syekh Ahmad Yunus diketahui dari empat buah karyanya sebagaimana disebut oleh Abdullah. Sebagian besar karya tersebut merupakan kitab terjemahan. Keempat karya tersebut ialah: 

  1. Daqaa’iq al-Akhbâr fī Dzikr al-Jannah wa al-Naar. Karya ini merupakan terjemahan Melayu dari kitab berbahasa Arab Daqaa’iq al-Akhbâr fî Dzikr ahl al-Jannah wa al-Naar. Kitab ini menceritakan kejadian alam gaib terutama tentang surga dan neraka. Terjemahan kitab ini diselesaikan pada hari Selasa, 20 Muharram 1312 H (24 Juli 1894 M) di Mekah. Hingga sekarang terdapat berbagai edisi cetakan kitab ini. Cetakan pertama diketahui diterbitkan oleh Mathba’ah al-Miriyah al-Kâ’inah, Makkah, pada Jumadilakhir 1312 H (1894 M). 
  2. Al-Tsimaar al-Ladzîdzah ‘alaa al-Riyaadh al-Badii'ah. Judul terjemahan kitab ini oleh Syekh Ahmad Yunus adalah “Segala Buah Kayu yang Sedap-Sedap atas Segala Kebun yang Indah-Indah.” Isi utamanya ialah fikih ibadah menurut Mazhab Syafi’i, namun dimulai dengan pembicaraan akidah. Sementara pada bagian akhir berisi pembahasan tentang sumpah dan nazar, ziarah Rasulullah Saw. dan zikrullah. Kitab tersebut diselesaikan pada 21 Safar 1312 H (24 Agustus 1894 M). Cetakan pertama dan kedua tidak diketahui, sedangkan cetakan ketiga oleh Mathba’ah al-Miriyah al-Kâ’inah, Mekah, pada 1322 H (1904/05 M). 
  3. Nasiihah Ahl al-Wafaa’ ilaa Washiiyat al-Mushthafaa. Isi kitab ini merupakan penjelasan atas beberapa Hadis wasiat Nabi Muhammad Saw. kepada sahabat, sepupu, sekaligus menantunya, ‘Ali bin Abî Thâlib Kaw. yang berisi ilmu dan hikmah. Disebutkan bahwa siapa yang memelihara wasiat-wasiat tersebut maka akan memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat. Menurut Abdullah dan Tehrani kitab ini diselesaikan di Mekah pada hari Sabtu, 11 Syawal 1312 H ( 6 April 1895 M). 
  4. Hadiiqah al-Rayhaan fî Bayaani Qisshah Sayyidinaa Sulaymaan. Kitab ini berisi kisah Nabi Sulaiman As., diselesaikan pada 24 Jumadilawwal 1313 H (12 November 1895 M) di Mekah. Cetakan pertama tidak diketahui, sedangkan cetakan kedua oleh Mathbaah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, pada bulan Muharram 1324 H (Februari/Maret 1906 M). 
Keempat kitab tersebut diselesaikan oleh Syaikh Ahmad Yuunus Lingga hanya dalam tempo kurang dari dua tahun, yakni dalam rentang waktu Muharram 1312 H - Jumadil awwal 1313 H (Juli 1894 – November 1895 M). Hal ini membuktikan bahwa Syaikh Ahmad Yuunus Lingga merupakan ulama yang sangat produktif. Jika tidak banyak diketahui karya-karyanya selain keempat kitab tersebut, maka jawabannya dapat diketahui dari pernyataan muridnya sebagaimana disebut oleh Abdullah yakni bahwa Syekh Ahmad Yunus dikenal sebagai “Qus bahasa Melayu” yang berarti orang cerdik, memegang ilmu dan adab, serta cermat. Berkat kecermatannya ia dikenal sebagai pentashih kitab-kitab Melayu/Jawi. Hal ini yang membuat namanya kurang banyak dikenal karena tidak banyak kitab Jawi yang mencantumkan nama pentashihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar